Sebuah film animasi kerjasama Disney dan Pixar yang ditayangkan diseluruh dunia pada tanggal 22 Juni 2012 dengan pemeran utama yaitu Puteri merida. Meskipun film Brave ini animasi kartun, kisah ini bukan sekedar kisah
anak-anak yang konyol atau penuh khayalan. Di film ini banyak yang bisa kita petik sarinya. Jika anda seorang Ibu, film ini pun
bisa memberi kita suatu pandangan lain tentang sikap seorang Ibu.
Cerita ini tentang kehidupan seorang gadis bernama Merida, Putri tunggal dari kerajaan Dunbroch di dataran tinggi Skotlandia. Ia mempunyai tiga orang adik laki - laki kembar yang nakal, lucu, lincah dan juga berambut keriting.
Merida sejak kecil sudah mewarisi bakat ayahnya yang gemar berpetualang dan bertarung. hal ini jauh dari sikap puteri raja yang biasanya bersikap halus, lembut dan lemah gemulai.
Pada hari ulang tahunnya sang ayah (Raja Fergus) menghadiahinya sebuah busur dan anak panah. Ketika pergi berburu, keluarga Merida diserang oleh seekor beruang purba. Dalam pergelutan itu, ayahnya, Fergus hilang kaki kanan apabila dibaham oleh beruang ganas itu.
Inti cerita film ini
adalah tentang kehidupan seorang gadis bernama Merida, putri tunggal
dari Kerajaan Dunbroch di dataran tinggi Skotlandia. Merida mempunyai
tiga orang adik laki-laki kembar yang nakal, lucu, lincah, dan juga
berambut ikal merah seperti kakak mereka.
Merida adalah seorang gadis yang sejak kecil telah mewarisi bakat sang
ayah, Raja Fergus (Billy Connolly), yang gemar berpetualang, dan
bertarung. Bakat tersebut berupa kegemaran dan kemahirannya dalam
memanah dan berpetualang. Jauh dari kebiasaan seorang putri raja yang
kerap bersikap halus, lemah-gemulai, bertuturkata halus, dan seterusnya.
Sesuai dengan tradisi kerajaan, ketika telah tumbuh dewasa, kedua
orangtuanya, Raja Fergus dan Ratu Elinor (Emma Thompson) hendak
menikahkan Merida dengan salah satu dari tiga putra sulung dari tiga
kepala suku (klan) utama dari Kerajaan Dunbroch. Mereka itu
masing-masing adalah putra dari Lord MacGuffin (Young MacGuffin), Lord
Macintosh (Young Macintosh), dan Lord Dingwall (Wee Dingwall). Untuk
menentukan siapa yang paling berhak menikahi putrinya itu, ditentukan
dengan cara masing-masing putra ketiga Lord itu menunjukkan kekuatan dan
kehebatannya di hadapan sang Raja dan Ratu, serta Putri Merida.
Jangankan sudi memilih salah satu dari putra ketiga Lord itu, Merida
sejak awal sudah menolak menjalankan tradisi keluarga kerajaan itu.
Dengan maksud agar putra ketiga Lord itu gagal menikahinya, Merida
menantang mereka untuk mengikuti lomba memanah. Siapa yang paling tepat
memanah tepat di titik sasaran, dialah yang menang. Sialnya, tanpa
sengaja, Wee Dingwall,berhasil melesatkan anak panahnya tepat di titik
sasaran.
Merida yang marah itu langsung memberontak, meloncat berdiri, mengambil
busurnya dan melepaskan tiga anak panahnya berturut-turut tepat di dua
titik sasaran yang tadi gagal disasar oleh Young MacGuffin dan Young
Macintosh, dan satu lagi anak panahnya melesat dari busurnya tepat
mengena dan membela menjadi duabagian, dari ujung ke ujung, anak panah
Wee Dingwall, sampai menembus papannya.
Pecahlah pertengkaran hebat antara Ratu Elinor dengan Merida. Elinor
menganggap Merida telah kelewat batas dalam bersikap, sedangkan Merida
menuduh ibunya terlalu memaksa kehendak kepadanya. Di dalam Istana,
saking marahnya Merida sampai menebas pedangnya menyobek lukisan kain
keluarganya. Memisahkan gambar ibunya dengan gambarnya bersama ayah dan
tiga adik kembarnya. Kemudian, dengan menunggang kudanya, Angus, Merida
melarikan diri ke hutan.
Tanpa sengaja Merida dan Angus tersesat di sebuah tempat keramat yang
terdiri dari beberapa batu tinggi yang berdiri berderet membentuk sebuah
lingkaran, kemudian muncul roh-roh halus berukuran mini yang membawanya
ke sebuah gubuk, yang ternyata dihuni oleh seorang nenek sihir (Julie
Walters).
Merida kemudian meminta nenek sihir itu untuk memberikan mantera agar
bisa mengubah pendirian ibunya yang masih bersikeras menikahkannya
dengan cara tradisi leluhurnya itu. Mantra yang berbentuk kue tersebut
kemudian memang berhasil mengubah ibunya. Bukan pendiriannya, tetapi
fisiknya. Ratu Elinor berubah menjadi seekor beruang hitam yang sangat
besar. Sial, dan bahayanya adalah semua orang, termasuk Raja Fergus sama
sekali tidak tahu, dan tidak mau percaya bahwa beruang besar tersebut
adalah Ratu Elinor. Sedangkan semua orang, terutama Raja Fergus sangat
membenci beruang. Setiap beruang harus mati di tangannya.
Ketika Merida masih kecil, dia dan ibunya hendak diserang oleh seekor
beruang hitam besar bernama Mor’du. Raja Fergus melawan beruang itu demi
menyelamatkan Merida dan ibunya. Salah satu kakinya sampai putus karena
diserang Mor’du, dan diganti dengan sebuah kaki palsu yang terbuat dari
kayu. Sejak itulah kebencian Raja Fergus terhadap beruang semakin
hebat.
Merida harus berpacu dengan waktu agar bisa mengembalikan mantra si
nenek sihir agar ibunya bisa kembali menjelma menjadi manusia, sementara
itu juga ibunya yang masih berwujud beruang itu terus diburu oleh
ayahnya beserta semua orang untuk dibunuh. Apabila sampai matahari
terbit, Merida gagal mengembalikan mantera tersebut, maka ibunya akan
berubah menjadi beruang selama-lamanya. Bukan hanya wujudnya, tetapi
juga sisi kemanusiaannya akan hilang sama sekali. Menjadi beruang dengan
semua keganasannya. Tidak akan lagi mengenal Merida, atau siapapun
lagi.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Inti cerita film ini
adalah tentang kehidupan seorang gadis bernama Merida, putri tunggal
dari Kerajaan Dunbroch di dataran tinggi Skotlandia. Merida mempunyai
tiga orang adik laki-laki kembar yang nakal, lucu, lincah, dan juga
berambut ikal merah seperti kakak mereka
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Inti cerita film ini
adalah tentang kehidupan seorang gadis bernama Merida, putri tunggal
dari Kerajaan Dunbroch di dataran tinggi Skotlandia. Merida mempunyai
tiga orang adik laki-laki kembar yang nakal, lucu, lincah, dan juga
berambut ikal merah seperti kakak mereka.
Merida adalah seorang gadis yang sejak kecil telah mewarisi bakat sang
ayah, Raja Fergus (Billy Connolly), yang gemar berpetualang, dan
bertarung. Bakat tersebut berupa kegemaran dan kemahirannya dalam
memanah dan berpetualang. Jauh dari kebiasaan seorang putri raja yang
kerap bersikap halus, lemah-gemulai, bertuturkata halus, dan seterusnya.
Sesuai dengan tradisi kerajaan, ketika telah tumbuh dewasa, kedua
orangtuanya, Raja Fergus dan Ratu Elinor (Emma Thompson) hendak
menikahkan Merida dengan salah satu dari tiga putra sulung dari tiga
kepala suku (klan) utama dari Kerajaan Dunbroch. Mereka itu
masing-masing adalah putra dari Lord MacGuffin (Young MacGuffin), Lord
Macintosh (Young Macintosh), dan Lord Dingwall (Wee Dingwall). Untuk
menentukan siapa yang paling berhak menikahi putrinya itu, ditentukan
dengan cara masing-masing putra ketiga Lord itu menunjukkan kekuatan dan
kehebatannya di hadapan sang Raja dan Ratu, serta Putri Merida.
Jangankan sudi memilih salah satu dari putra ketiga Lord itu, Merida
sejak awal sudah menolak menjalankan tradisi keluarga kerajaan itu.
Dengan maksud agar putra ketiga Lord itu gagal menikahinya, Merida
menantang mereka untuk mengikuti lomba memanah. Siapa yang paling tepat
memanah tepat di titik sasaran, dialah yang menang. Sialnya, tanpa
sengaja, Wee Dingwall,berhasil melesatkan anak panahnya tepat di titik
sasaran.
Merida yang marah itu langsung memberontak, meloncat berdiri, mengambil
busurnya dan melepaskan tiga anak panahnya berturut-turut tepat di dua
titik sasaran yang tadi gagal disasar oleh Young MacGuffin dan Young
Macintosh, dan satu lagi anak panahnya melesat dari busurnya tepat
mengena dan membela menjadi duabagian, dari ujung ke ujung, anak panah
Wee Dingwall, sampai menembus papannya.
Pecahlah pertengkaran hebat antara Ratu Elinor dengan Merida. Elinor
menganggap Merida telah kelewat batas dalam bersikap, sedangkan Merida
menuduh ibunya terlalu memaksa kehendak kepadanya. Di dalam Istana,
saking marahnya Merida sampai menebas pedangnya menyobek lukisan kain
keluarganya. Memisahkan gambar ibunya dengan gambarnya bersama ayah dan
tiga adik kembarnya. Kemudian, dengan menunggang kudanya, Angus, Merida
melarikan diri ke hutan.
Tanpa sengaja Merida dan Angus tersesat di sebuah tempat keramat yang
terdiri dari beberapa batu tinggi yang berdiri berderet membentuk sebuah
lingkaran, kemudian muncul roh-roh halus berukuran mini yang membawanya
ke sebuah gubuk, yang ternyata dihuni oleh seorang nenek sihir (Julie
Walters).
Merida kemudian meminta nenek sihir itu untuk memberikan mantera agar
bisa mengubah pendirian ibunya yang masih bersikeras menikahkannya
dengan cara tradisi leluhurnya itu. Mantra yang berbentuk kue tersebut
kemudian memang berhasil mengubah ibunya. Bukan pendiriannya, tetapi
fisiknya. Ratu Elinor berubah menjadi seekor beruang hitam yang sangat
besar. Sial, dan bahayanya adalah semua orang, termasuk Raja Fergus sama
sekali tidak tahu, dan tidak mau percaya bahwa beruang besar tersebut
adalah Ratu Elinor. Sedangkan semua orang, terutama Raja Fergus sangat
membenci beruang. Setiap beruang harus mati di tangannya.
Ketika Merida masih kecil, dia dan ibunya hendak diserang oleh seekor
beruang hitam besar bernama Mor’du. Raja Fergus melawan beruang itu demi
menyelamatkan Merida dan ibunya. Salah satu kakinya sampai putus karena
diserang Mor’du, dan diganti dengan sebuah kaki palsu yang terbuat dari
kayu. Sejak itulah kebencian Raja Fergus terhadap beruang semakin
hebat.
Merida harus berpacu dengan waktu agar bisa mengembalikan mantra si
nenek sihir agar ibunya bisa kembali menjelma menjadi manusia, sementara
itu juga ibunya yang masih berwujud beruang itu terus diburu oleh
ayahnya beserta semua orang untuk dibunuh. Apabila sampai matahari
terbit, Merida gagal mengembalikan mantera tersebut, maka ibunya akan
berubah menjadi beruang selama-lamanya. Bukan hanya wujudnya, tetapi
juga sisi kemanusiaannya akan hilang sama sekali. Menjadi beruang dengan
semua keganasannya. Tidak akan lagi mengenal Merida, atau siapapun
lagi.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Inti cerita film ini
adalah tentang kehidupan seorang gadis bernama Merida, putri tunggal
dari Kerajaan Dunbroch di dataran tinggi Skotlandia. Merida mempunyai
tiga orang adik laki-laki kembar yang nakal, lucu, lincah, dan juga
berambut ikal merah seperti kakak mereka.
Merida adalah seorang gadis yang sejak kecil telah mewarisi bakat sang
ayah, Raja Fergus (Billy Connolly), yang gemar berpetualang, dan
bertarung. Bakat tersebut berupa kegemaran dan kemahirannya dalam
memanah dan berpetualang. Jauh dari kebiasaan seorang putri raja yang
kerap bersikap halus, lemah-gemulai, bertuturkata halus, dan seterusnya.
Sesuai dengan tradisi kerajaan, ketika telah tumbuh dewasa, kedua
orangtuanya, Raja Fergus dan Ratu Elinor (Emma Thompson) hendak
menikahkan Merida dengan salah satu dari tiga putra sulung dari tiga
kepala suku (klan) utama dari Kerajaan Dunbroch. Mereka itu
masing-masing adalah putra dari Lord MacGuffin (Young MacGuffin), Lord
Macintosh (Young Macintosh), dan Lord Dingwall (Wee Dingwall). Untuk
menentukan siapa yang paling berhak menikahi putrinya itu, ditentukan
dengan cara masing-masing putra ketiga Lord itu menunjukkan kekuatan dan
kehebatannya di hadapan sang Raja dan Ratu, serta Putri Merida.
Jangankan sudi memilih salah satu dari putra ketiga Lord itu, Merida
sejak awal sudah menolak menjalankan tradisi keluarga kerajaan itu.
Dengan maksud agar putra ketiga Lord itu gagal menikahinya, Merida
menantang mereka untuk mengikuti lomba memanah. Siapa yang paling tepat
memanah tepat di titik sasaran, dialah yang menang. Sialnya, tanpa
sengaja, Wee Dingwall,berhasil melesatkan anak panahnya tepat di titik
sasaran.
Merida yang marah itu langsung memberontak, meloncat berdiri, mengambil
busurnya dan melepaskan tiga anak panahnya berturut-turut tepat di dua
titik sasaran yang tadi gagal disasar oleh Young MacGuffin dan Young
Macintosh, dan satu lagi anak panahnya melesat dari busurnya tepat
mengena dan membela menjadi duabagian, dari ujung ke ujung, anak panah
Wee Dingwall, sampai menembus papannya.
Pecahlah pertengkaran hebat antara Ratu Elinor dengan Merida. Elinor
menganggap Merida telah kelewat batas dalam bersikap, sedangkan Merida
menuduh ibunya terlalu memaksa kehendak kepadanya. Di dalam Istana,
saking marahnya Merida sampai menebas pedangnya menyobek lukisan kain
keluarganya. Memisahkan gambar ibunya dengan gambarnya bersama ayah dan
tiga adik kembarnya. Kemudian, dengan menunggang kudanya, Angus, Merida
melarikan diri ke hutan.
Tanpa sengaja Merida dan Angus tersesat di sebuah tempat keramat yang
terdiri dari beberapa batu tinggi yang berdiri berderet membentuk sebuah
lingkaran, kemudian muncul roh-roh halus berukuran mini yang membawanya
ke sebuah gubuk, yang ternyata dihuni oleh seorang nenek sihir (Julie
Walters).
Merida kemudian meminta nenek sihir itu untuk memberikan mantera agar
bisa mengubah pendirian ibunya yang masih bersikeras menikahkannya
dengan cara tradisi leluhurnya itu. Mantra yang berbentuk kue tersebut
kemudian memang berhasil mengubah ibunya. Bukan pendiriannya, tetapi
fisiknya. Ratu Elinor berubah menjadi seekor beruang hitam yang sangat
besar. Sial, dan bahayanya adalah semua orang, termasuk Raja Fergus sama
sekali tidak tahu, dan tidak mau percaya bahwa beruang besar tersebut
adalah Ratu Elinor. Sedangkan semua orang, terutama Raja Fergus sangat
membenci beruang. Setiap beruang harus mati di tangannya.
Ketika Merida masih kecil, dia dan ibunya hendak diserang oleh seekor
beruang hitam besar bernama Mor’du. Raja Fergus melawan beruang itu demi
menyelamatkan Merida dan ibunya. Salah satu kakinya sampai putus karena
diserang Mor’du, dan diganti dengan sebuah kaki palsu yang terbuat dari
kayu. Sejak itulah kebencian Raja Fergus terhadap beruang semakin
hebat.
Merida harus berpacu dengan waktu agar bisa mengembalikan mantra si
nenek sihir agar ibunya bisa kembali menjelma menjadi manusia, sementara
itu juga ibunya yang masih berwujud beruang itu terus diburu oleh
ayahnya beserta semua orang untuk dibunuh. Apabila sampai matahari
terbit, Merida gagal mengembalikan mantera tersebut, maka ibunya akan
berubah menjadi beruang selama-lamanya. Bukan hanya wujudnya, tetapi
juga sisi kemanusiaannya akan hilang sama sekali. Menjadi beruang dengan
semua keganasannya. Tidak akan lagi mengenal Merida, atau siapapun
lagi.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Inti cerita film ini
adalah tentang kehidupan seorang gadis bernama Merida, putri tunggal
dari Kerajaan Dunbroch di dataran tinggi Skotlandia. Merida mempunyai
tiga orang adik laki-laki kembar yang nakal, lucu, lincah, dan juga
berambut ikal merah seperti kakak mereka.
Merida adalah seorang gadis yang sejak kecil telah mewarisi bakat sang
ayah, Raja Fergus (Billy Connolly), yang gemar berpetualang, dan
bertarung. Bakat tersebut berupa kegemaran dan kemahirannya dalam
memanah dan berpetualang. Jauh dari kebiasaan seorang putri raja yang
kerap bersikap halus, lemah-gemulai, bertuturkata halus, dan seterusnya.
Sesuai dengan tradisi kerajaan, ketika telah tumbuh dewasa, kedua
orangtuanya, Raja Fergus dan Ratu Elinor (Emma Thompson) hendak
menikahkan Merida dengan salah satu dari tiga putra sulung dari tiga
kepala suku (klan) utama dari Kerajaan Dunbroch. Mereka itu
masing-masing adalah putra dari Lord MacGuffin (Young MacGuffin), Lord
Macintosh (Young Macintosh), dan Lord Dingwall (Wee Dingwall). Untuk
menentukan siapa yang paling berhak menikahi putrinya itu, ditentukan
dengan cara masing-masing putra ketiga Lord itu menunjukkan kekuatan dan
kehebatannya di hadapan sang Raja dan Ratu, serta Putri Merida.
Jangankan sudi memilih salah satu dari putra ketiga Lord itu, Merida
sejak awal sudah menolak menjalankan tradisi keluarga kerajaan itu.
Dengan maksud agar putra ketiga Lord itu gagal menikahinya, Merida
menantang mereka untuk mengikuti lomba memanah. Siapa yang paling tepat
memanah tepat di titik sasaran, dialah yang menang. Sialnya, tanpa
sengaja, Wee Dingwall,berhasil melesatkan anak panahnya tepat di titik
sasaran.
Merida yang marah itu langsung memberontak, meloncat berdiri, mengambil
busurnya dan melepaskan tiga anak panahnya berturut-turut tepat di dua
titik sasaran yang tadi gagal disasar oleh Young MacGuffin dan Young
Macintosh, dan satu lagi anak panahnya melesat dari busurnya tepat
mengena dan membela menjadi duabagian, dari ujung ke ujung, anak panah
Wee Dingwall, sampai menembus papannya.
Pecahlah pertengkaran hebat antara Ratu Elinor dengan Merida. Elinor
menganggap Merida telah kelewat batas dalam bersikap, sedangkan Merida
menuduh ibunya terlalu memaksa kehendak kepadanya. Di dalam Istana,
saking marahnya Merida sampai menebas pedangnya menyobek lukisan kain
keluarganya. Memisahkan gambar ibunya dengan gambarnya bersama ayah dan
tiga adik kembarnya. Kemudian, dengan menunggang kudanya, Angus, Merida
melarikan diri ke hutan.
Tanpa sengaja Merida dan Angus tersesat di sebuah tempat keramat yang
terdiri dari beberapa batu tinggi yang berdiri berderet membentuk sebuah
lingkaran, kemudian muncul roh-roh halus berukuran mini yang membawanya
ke sebuah gubuk, yang ternyata dihuni oleh seorang nenek sihir (Julie
Walters).
Merida kemudian meminta nenek sihir itu untuk memberikan mantera agar
bisa mengubah pendirian ibunya yang masih bersikeras menikahkannya
dengan cara tradisi leluhurnya itu. Mantra yang berbentuk kue tersebut
kemudian memang berhasil mengubah ibunya. Bukan pendiriannya, tetapi
fisiknya. Ratu Elinor berubah menjadi seekor beruang hitam yang sangat
besar. Sial, dan bahayanya adalah semua orang, termasuk Raja Fergus sama
sekali tidak tahu, dan tidak mau percaya bahwa beruang besar tersebut
adalah Ratu Elinor. Sedangkan semua orang, terutama Raja Fergus sangat
membenci beruang. Setiap beruang harus mati di tangannya.
Ketika Merida masih kecil, dia dan ibunya hendak diserang oleh seekor
beruang hitam besar bernama Mor’du. Raja Fergus melawan beruang itu demi
menyelamatkan Merida dan ibunya. Salah satu kakinya sampai putus karena
diserang Mor’du, dan diganti dengan sebuah kaki palsu yang terbuat dari
kayu. Sejak itulah kebencian Raja Fergus terhadap beruang semakin
hebat.
Merida harus berpacu dengan waktu agar bisa mengembalikan mantra si
nenek sihir agar ibunya bisa kembali menjelma menjadi manusia, sementara
itu juga ibunya yang masih berwujud beruang itu terus diburu oleh
ayahnya beserta semua orang untuk dibunuh. Apabila sampai matahari
terbit, Merida gagal mengembalikan mantera tersebut, maka ibunya akan
berubah menjadi beruang selama-lamanya. Bukan hanya wujudnya, tetapi
juga sisi kemanusiaannya akan hilang sama sekali. Menjadi beruang dengan
semua keganasannya. Tidak akan lagi mengenal Merida, atau siapapun
lagi.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Merida mempunyai tiga
orang adik laki-laki kembar yang nakal, lucu, lincah, dan juga berambut
ikal merah seperti kakak mereka.
Merida adalah seorang gadis yang sejak kecil telah mewarisi bakat sang
ayah, Raja Fergus (Billy Connolly), yang gemar berpetualang, dan
bertarung. Bakat tersebut berupa kegemaran dan kemahirannya dalam
memanah dan berpetualang. Jauh dari kebiasaan seorang putri raja yang
kerap bersikap halus, lemah-gemulai, bertuturkata halus, dan seterusnya.
Sesuai dengan tradisi kerajaan, ketika telah tumbuh dewasa, kedua
orangtuanya, Raja Fergus dan Ratu Elinor (Emma Thompson) hendak
menikahkan Merida dengan salah satu dari tiga putra sulung dari tiga
kepala suku (klan) utama dari Kerajaan Dunbroch. Mereka itu
masing-masing adalah putra dari Lord MacGuffin (Young MacGuffin), Lord
Macintosh (Young Macintosh), dan Lord Dingwall (Wee Dingwall). Untuk
menentukan siapa yang paling berhak menikahi putrinya itu, ditentukan
dengan cara masing-masing putra ketiga Lord itu menunjukkan kekuatan dan
kehebatannya di hadapan sang Raja dan Ratu, serta Putri Merida.
Jangankan sudi memilih salah satu dari putra ketiga Lord itu, Merida
sejak awal sudah menolak menjalankan tradisi keluarga kerajaan itu.
Dengan maksud agar putra ketiga Lord itu gagal menikahinya, Merida
menantang mereka untuk mengikuti lomba memanah. Siapa yang paling tepat
memanah tepat di titik sasaran, dialah yang menang. Sialnya, tanpa
sengaja, Wee Dingwall,berhasil melesatkan anak panahnya tepat di titik
sasaran.
Merida yang marah itu langsung memberontak, meloncat berdiri, mengambil
busurnya dan melepaskan tiga anak panahnya berturut-turut tepat di dua
titik sasaran yang tadi gagal disasar oleh Young MacGuffin dan Young
Macintosh, dan satu lagi anak panahnya melesat dari busurnya tepat
mengena dan membela menjadi duabagian, dari ujung ke ujung, anak panah
Wee Dingwall, sampai menembus papannya.
Pecahlah pertengkaran hebat antara Ratu Elinor dengan Merida. Elinor
menganggap Merida telah kelewat batas dalam bersikap, sedangkan Merida
menuduh ibunya terlalu memaksa kehendak kepadanya. Di dalam Istana,
saking marahnya Merida sampai menebas pedangnya menyobek lukisan kain
keluarganya. Memisahkan gambar ibunya dengan gambarnya bersama ayah dan
tiga adik kembarnya. Kemudian, dengan menunggang kudanya, Angus, Merida
melarikan diri ke hutan.
Tanpa sengaja Merida dan Angus tersesat di sebuah tempat keramat yang
terdiri dari beberapa batu tinggi yang berdiri berderet membentuk sebuah
lingkaran, kemudian muncul roh-roh halus berukuran mini yang membawanya
ke sebuah gubuk, yang ternyata dihuni oleh seorang nenek sihir (Julie
Walters).
Merida kemudian meminta nenek sihir itu untuk memberikan mantera agar
bisa mengubah pendirian ibunya yang masih bersikeras menikahkannya
dengan cara tradisi leluhurnya itu. Mantra yang berbentuk kue tersebut
kemudian memang berhasil mengubah ibunya. Bukan pendiriannya, tetapi
fisiknya. Ratu Elinor berubah menjadi seekor beruang hitam yang sangat
besar. Sial, dan bahayanya adalah semua orang, termasuk Raja Fergus sama
sekali tidak tahu, dan tidak mau percaya bahwa beruang besar tersebut
adalah Ratu Elinor. Sedangkan semua orang, terutama Raja Fergus sangat
membenci beruang. Setiap beruang harus mati di tangannya.
Ketika Merida masih kecil, dia dan ibunya hendak diserang oleh seekor
beruang hitam besar bernama Mor’du. Raja Fergus melawan beruang itu demi
menyelamatkan Merida dan ibunya. Salah satu kakinya sampai putus karena
diserang Mor’du, dan diganti dengan sebuah kaki palsu yang terbuat dari
kayu. Sejak itulah kebencian Raja Fergus terhadap beruang semakin
hebat.
Merida harus berpacu dengan waktu agar bisa mengembalikan mantra si
nenek sihir agar ibunya bisa kembali menjelma menjadi manusia, sementara
itu juga ibunya yang masih berwujud beruang itu terus diburu oleh
ayahnya beserta semua orang untuk dibunuh. Apabila sampai matahari
terbit, Merida gagal mengembalikan mantera tersebut, maka ibunya akan
berubah menjadi beruang selama-lamanya. Bukan hanya wujudnya, tetapi
juga sisi kemanusiaannya akan hilang sama sekali. Menjadi beruang dengan
semua keganasannya. Tidak akan lagi mengenal Merida, atau siapapun
lagi.
Selain kualitas animasinya yang luar biasa, ceritanya yang apik, film
ini juga disisipi oleh banyak adegan kocak yang mengundang tawa.
Adegan-adegan tersebut jauh dari kesan dibuat-buat. Semuanya mengalir
wajar. Tokoh-tokoh dengan berbagai karakter juga tampil dengan porsi
yang seimbang. Jauh dari kesan sekadar tempelan
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Merida mempunyai tiga
orang adik laki-laki kembar yang nakal, lucu, lincah, dan juga berambut
ikal merah seperti kakak mereka.
Merida adalah seorang gadis yang sejak kecil telah mewarisi bakat sang
ayah, Raja Fergus (Billy Connolly), yang gemar berpetualang, dan
bertarung. Bakat tersebut berupa kegemaran dan kemahirannya dalam
memanah dan berpetualang. Jauh dari kebiasaan seorang putri raja yang
kerap bersikap halus, lemah-gemulai, bertuturkata halus, dan seterusnya.
Sesuai dengan tradisi kerajaan, ketika telah tumbuh dewasa, kedua
orangtuanya, Raja Fergus dan Ratu Elinor (Emma Thompson) hendak
menikahkan Merida dengan salah satu dari tiga putra sulung dari tiga
kepala suku (klan) utama dari Kerajaan Dunbroch. Mereka itu
masing-masing adalah putra dari Lord MacGuffin (Young MacGuffin), Lord
Macintosh (Young Macintosh), dan Lord Dingwall (Wee Dingwall). Untuk
menentukan siapa yang paling berhak menikahi putrinya itu, ditentukan
dengan cara masing-masing putra ketiga Lord itu menunjukkan kekuatan dan
kehebatannya di hadapan sang Raja dan Ratu, serta Putri Merida.
Jangankan sudi memilih salah satu dari putra ketiga Lord itu, Merida
sejak awal sudah menolak menjalankan tradisi keluarga kerajaan itu.
Dengan maksud agar putra ketiga Lord itu gagal menikahinya, Merida
menantang mereka untuk mengikuti lomba memanah. Siapa yang paling tepat
memanah tepat di titik sasaran, dialah yang menang. Sialnya, tanpa
sengaja, Wee Dingwall,berhasil melesatkan anak panahnya tepat di titik
sasaran.
Merida yang marah itu langsung memberontak, meloncat berdiri, mengambil
busurnya dan melepaskan tiga anak panahnya berturut-turut tepat di dua
titik sasaran yang tadi gagal disasar oleh Young MacGuffin dan Young
Macintosh, dan satu lagi anak panahnya melesat dari busurnya tepat
mengena dan membela menjadi duabagian, dari ujung ke ujung, anak panah
Wee Dingwall, sampai menembus papannya.
Pecahlah pertengkaran hebat antara Ratu Elinor dengan Merida. Elinor
menganggap Merida telah kelewat batas dalam bersikap, sedangkan Merida
menuduh ibunya terlalu memaksa kehendak kepadanya. Di dalam Istana,
saking marahnya Merida sampai menebas pedangnya menyobek lukisan kain
keluarganya. Memisahkan gambar ibunya dengan gambarnya bersama ayah dan
tiga adik kembarnya. Kemudian, dengan menunggang kudanya, Angus, Merida
melarikan diri ke hutan.
Tanpa sengaja Merida dan Angus tersesat di sebuah tempat keramat yang
terdiri dari beberapa batu tinggi yang berdiri berderet membentuk sebuah
lingkaran, kemudian muncul roh-roh halus berukuran mini yang membawanya
ke sebuah gubuk, yang ternyata dihuni oleh seorang nenek sihir (Julie
Walters).
Merida kemudian meminta nenek sihir itu untuk memberikan mantera agar
bisa mengubah pendirian ibunya yang masih bersikeras menikahkannya
dengan cara tradisi leluhurnya itu. Mantra yang berbentuk kue tersebut
kemudian memang berhasil mengubah ibunya. Bukan pendiriannya, tetapi
fisiknya. Ratu Elinor berubah menjadi seekor beruang hitam yang sangat
besar. Sial, dan bahayanya adalah semua orang, termasuk Raja Fergus sama
sekali tidak tahu, dan tidak mau percaya bahwa beruang besar tersebut
adalah Ratu Elinor. Sedangkan semua orang, terutama Raja Fergus sangat
membenci beruang. Setiap beruang harus mati di tangannya.
Ketika Merida masih kecil, dia dan ibunya hendak diserang oleh seekor
beruang hitam besar bernama Mor’du. Raja Fergus melawan beruang itu demi
menyelamatkan Merida dan ibunya. Salah satu kakinya sampai putus karena
diserang Mor’du, dan diganti dengan sebuah kaki palsu yang terbuat dari
kayu. Sejak itulah kebencian Raja Fergus terhadap beruang semakin
hebat.
Merida harus berpacu dengan waktu agar bisa mengembalikan mantra si
nenek sihir agar ibunya bisa kembali menjelma menjadi manusia, sementara
itu juga ibunya yang masih berwujud beruang itu terus diburu oleh
ayahnya beserta semua orang untuk dibunuh. Apabila sampai matahari
terbit, Merida gagal mengembalikan mantera tersebut, maka ibunya akan
berubah menjadi beruang selama-lamanya. Bukan hanya wujudnya, tetapi
juga sisi kemanusiaannya akan hilang sama sekali. Menjadi beruang dengan
semua keganasannya. Tidak akan lagi mengenal Merida, atau siapapun
lagi.
Selain kualitas animasinya yang luar biasa, ceritanya yang apik, film
ini juga disisipi oleh banyak adegan kocak yang mengundang tawa.
Adegan-adegan tersebut jauh dari kesan dibuat-buat. Semuanya mengalir
wajar. Tokoh-tokoh dengan berbagai karakter juga tampil dengan porsi
yang seimbang. Jauh dari kesan sekadar tempelan
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Merida mempunyai tiga
orang adik laki-laki kembar yang nakal, lucu, lincah, dan juga berambut
ikal merah seperti kakak mereka.
Merida adalah seorang gadis yang sejak kecil telah mewarisi bakat sang
ayah, Raja Fergus (Billy Connolly), yang gemar berpetualang, dan
bertarung. Bakat tersebut berupa kegemaran dan kemahirannya dalam
memanah dan berpetualang. Jauh dari kebiasaan seorang putri raja yang
kerap bersikap halus, lemah-gemulai, bertuturkata halus, dan seterusnya.
Sesuai dengan tradisi kerajaan, ketika telah tumbuh dewasa, kedua
orangtuanya, Raja Fergus dan Ratu Elinor (Emma Thompson) hendak
menikahkan Merida dengan salah satu dari tiga putra sulung dari tiga
kepala suku (klan) utama dari Kerajaan Dunbroch. Mereka itu
masing-masing adalah putra dari Lord MacGuffin (Young MacGuffin), Lord
Macintosh (Young Macintosh), dan Lord Dingwall (Wee Dingwall). Untuk
menentukan siapa yang paling berhak menikahi putrinya itu, ditentukan
dengan cara masing-masing putra ketiga Lord itu menunjukkan kekuatan dan
kehebatannya di hadapan sang Raja dan Ratu, serta Putri Merida.
Jangankan sudi memilih salah satu dari putra ketiga Lord itu, Merida
sejak awal sudah menolak menjalankan tradisi keluarga kerajaan itu.
Dengan maksud agar putra ketiga Lord itu gagal menikahinya, Merida
menantang mereka untuk mengikuti lomba memanah. Siapa yang paling tepat
memanah tepat di titik sasaran, dialah yang menang. Sialnya, tanpa
sengaja, Wee Dingwall,berhasil melesatkan anak panahnya tepat di titik
sasaran.
Merida yang marah itu langsung memberontak, meloncat berdiri, mengambil
busurnya dan melepaskan tiga anak panahnya berturut-turut tepat di dua
titik sasaran yang tadi gagal disasar oleh Young MacGuffin dan Young
Macintosh, dan satu lagi anak panahnya melesat dari busurnya tepat
mengena dan membela menjadi duabagian, dari ujung ke ujung, anak panah
Wee Dingwall, sampai menembus papannya.
Pecahlah pertengkaran hebat antara Ratu Elinor dengan Merida. Elinor
menganggap Merida telah kelewat batas dalam bersikap, sedangkan Merida
menuduh ibunya terlalu memaksa kehendak kepadanya. Di dalam Istana,
saking marahnya Merida sampai menebas pedangnya menyobek lukisan kain
keluarganya. Memisahkan gambar ibunya dengan gambarnya bersama ayah dan
tiga adik kembarnya. Kemudian, dengan menunggang kudanya, Angus, Merida
melarikan diri ke hutan.
Tanpa sengaja Merida dan Angus tersesat di sebuah tempat keramat yang
terdiri dari beberapa batu tinggi yang berdiri berderet membentuk sebuah
lingkaran, kemudian muncul roh-roh halus berukuran mini yang membawanya
ke sebuah gubuk, yang ternyata dihuni oleh seorang nenek sihir (Julie
Walters).
Merida kemudian meminta nenek sihir itu untuk memberikan mantera agar
bisa mengubah pendirian ibunya yang masih bersikeras menikahkannya
dengan cara tradisi leluhurnya itu. Mantra yang berbentuk kue tersebut
kemudian memang berhasil mengubah ibunya. Bukan pendiriannya, tetapi
fisiknya. Ratu Elinor berubah menjadi seekor beruang hitam yang sangat
besar. Sial, dan bahayanya adalah semua orang, termasuk Raja Fergus sama
sekali tidak tahu, dan tidak mau percaya bahwa beruang besar tersebut
adalah Ratu Elinor. Sedangkan semua orang, terutama Raja Fergus sangat
membenci beruang. Setiap beruang harus mati di tangannya.
Ketika Merida masih kecil, dia dan ibunya hendak diserang oleh seekor
beruang hitam besar bernama Mor’du. Raja Fergus melawan beruang itu demi
menyelamatkan Merida dan ibunya. Salah satu kakinya sampai putus karena
diserang Mor’du, dan diganti dengan sebuah kaki palsu yang terbuat dari
kayu. Sejak itulah kebencian Raja Fergus terhadap beruang semakin
hebat.
Merida harus berpacu dengan waktu agar bisa mengembalikan mantra si
nenek sihir agar ibunya bisa kembali menjelma menjadi manusia, sementara
itu juga ibunya yang masih berwujud beruang itu terus diburu oleh
ayahnya beserta semua orang untuk dibunuh. Apabila sampai matahari
terbit, Merida gagal mengembalikan mantera tersebut, maka ibunya akan
berubah menjadi beruang selama-lamanya. Bukan hanya wujudnya, tetapi
juga sisi kemanusiaannya akan hilang sama sekali. Menjadi beruang dengan
semua keganasannya. Tidak akan lagi mengenal Merida, atau siapapun
lagi.
Selain kualitas animasinya yang luar biasa, ceritanya yang apik, film
ini juga disisipi oleh banyak adegan kocak yang mengundang tawa.
Adegan-adegan tersebut jauh dari kesan dibuat-buat. Semuanya mengalir
wajar. Tokoh-tokoh dengan berbagai karakter juga tampil dengan porsi
yang seimbang. Jauh dari kesan sekadar tempelan
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
nti cerita film ini
adalah tentang kehidupan seorang gadis bernama Merida, putri tunggal
dari Kerajaan Dunbroch di dataran tinggi Skotlandia. Merida mempunyai
tiga orang adik laki-laki kembar yang nakal, lucu, lincah, dan juga
berambut ikal merah seperti kakak mereka.
Merida adalah seorang gadis yang sejak kecil telah mewarisi bakat sang
ayah, Raja Fergus (Billy Connolly), yang gemar berpetualang, dan
bertarung. Bakat tersebut berupa kegemaran dan kemahirannya dalam
memanah dan berpetualang. Jauh dari kebiasaan seorang putri raja yang
kerap bersikap halus, lemah-gemulai, bertuturkata halus, dan seterusnya.
Sesuai dengan tradisi kerajaan, ketika telah tumbuh dewasa, kedua
orangtuanya, Raja Fergus dan Ratu Elinor (Emma Thompson) hendak
menikahkan Merida dengan salah satu dari tiga putra sulung dari tiga
kepala suku (klan) utama dari Kerajaan Dunbroch. Mereka itu
masing-masing adalah putra dari Lord MacGuffin (Young MacGuffin), Lord
Macintosh (Young Macintosh), dan Lord Dingwall (Wee Dingwall). Untuk
menentukan siapa yang paling berhak menikahi putrinya itu, ditentukan
dengan cara masing-masing putra ketiga Lord itu menunjukkan kekuatan dan
kehebatannya di hadapan sang Raja dan Ratu, serta Putri Merida.
Jangankan sudi memilih salah satu dari putra ketiga Lord itu, Merida
sejak awal sudah menolak menjalankan tradisi keluarga kerajaan itu.
Dengan maksud agar putra ketiga Lord itu gagal menikahinya, Merida
menantang mereka untuk mengikuti lomba memanah. Siapa yang paling tepat
memanah tepat di titik sasaran, dialah yang menang. Sialnya, tanpa
sengaja, Wee Dingwall,berhasil melesatkan anak panahnya tepat di titik
sasaran.
Merida yang marah itu langsung memberontak, meloncat berdiri, mengambil
busurnya dan melepaskan tiga anak panahnya berturut-turut tepat di dua
titik sasaran yang tadi gagal disasar oleh Young MacGuffin dan Young
Macintosh, dan satu lagi anak panahnya melesat dari busurnya tepat
mengena dan membela menjadi duabagian, dari ujung ke ujung, anak panah
Wee Dingwall, sampai menembus papannya.
Pecahlah pertengkaran hebat antara Ratu Elinor dengan Merida. Elinor
menganggap Merida telah kelewat batas dalam bersikap, sedangkan Merida
menuduh ibunya terlalu memaksa kehendak kepadanya. Di dalam Istana,
saking marahnya Merida sampai menebas pedangnya menyobek lukisan kain
keluarganya. Memisahkan gambar ibunya dengan gambarnya bersama ayah dan
tiga adik kembarnya. Kemudian, dengan menunggang kudanya, Angus, Merida
melarikan diri ke hutan.
Tanpa sengaja Merida dan Angus tersesat di sebuah tempat keramat yang
terdiri dari beberapa batu tinggi yang berdiri berderet membentuk sebuah
lingkaran, kemudian muncul roh-roh halus berukuran mini yang membawanya
ke sebuah gubuk, yang ternyata dihuni oleh seorang nenek sihir (Julie
Walters).
Merida kemudian meminta nenek sihir itu untuk memberikan mantera agar
bisa mengubah pendirian ibunya yang masih bersikeras menikahkannya
dengan cara tradisi leluhurnya itu. Mantra yang berbentuk kue tersebut
kemudian memang berhasil mengubah ibunya. Bukan pendiriannya, tetapi
fisiknya. Ratu Elinor berubah menjadi seekor beruang hitam yang sangat
besar. Sial, dan bahayanya adalah semua orang, termasuk Raja Fergus sama
sekali tidak tahu, dan tidak mau percaya bahwa beruang besar tersebut
adalah Ratu Elinor. Sedangkan semua orang, terutama Raja Fergus sangat
membenci beruang. Setiap beruang harus mati di tangannya.
Ketika Merida masih kecil, dia dan ibunya hendak diserang oleh seekor
beruang hitam besar bernama Mor’du. Raja Fergus melawan beruang itu demi
menyelamatkan Merida dan ibunya. Salah satu kakinya sampai putus karena
diserang Mor’du, dan diganti dengan sebuah kaki palsu yang terbuat dari
kayu. Sejak itulah kebencian Raja Fergus terhadap beruang semakin
hebat.
Merida harus berpacu dengan waktu agar bisa mengembalikan mantra si
nenek sihir agar ibunya bisa kembali menjelma menjadi manusia, sementara
itu juga ibunya yang masih berwujud beruang itu terus diburu oleh
ayahnya beserta semua orang untuk dibunuh. Apabila sampai matahari
terbit, Merida gagal mengembalikan mantera tersebut, maka ibunya akan
berubah menjadi beruang selama-lamanya. Bukan hanya wujudnya, tetapi
juga sisi kemanusiaannya akan hilang sama sekali. Menjadi beruang dengan
semua keganasannya. Tidak akan lagi mengenal Merida, atau siapapun
lagi.
Selain kualitas animasinya yang luar biasa, ceritanya yang apik, film
ini juga disisipi oleh banyak adegan kocak yang mengundang tawa.
Adegan-adegan tersebut jauh dari kesan dibuat-buat. Semuanya mengalir
wajar. Tokoh-tokoh dengan berbagai karakter juga tampil dengan porsi
yang seimbang. Jauh dari kesan sekadar tempelan.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
nti cerita film ini
adalah tentang kehidupan seorang gadis bernama Merida, putri tunggal
dari Kerajaan Dunbroch di dataran tinggi Skotlandia. Merida mempunyai
tiga orang adik laki-laki kembar yang nakal, lucu, lincah, dan juga
berambut ikal merah seperti kakak mereka.
Merida adalah seorang gadis yang sejak kecil telah mewarisi bakat sang
ayah, Raja Fergus (Billy Connolly), yang gemar berpetualang, dan
bertarung. Bakat tersebut berupa kegemaran dan kemahirannya dalam
memanah dan berpetualang. Jauh dari kebiasaan seorang putri raja yang
kerap bersikap halus, lemah-gemulai, bertuturkata halus, dan seterusnya.
Sesuai dengan tradisi kerajaan, ketika telah tumbuh dewasa, kedua
orangtuanya, Raja Fergus dan Ratu Elinor (Emma Thompson) hendak
menikahkan Merida dengan salah satu dari tiga putra sulung dari tiga
kepala suku (klan) utama dari Kerajaan Dunbroch. Mereka itu
masing-masing adalah putra dari Lord MacGuffin (Young MacGuffin), Lord
Macintosh (Young Macintosh), dan Lord Dingwall (Wee Dingwall). Untuk
menentukan siapa yang paling berhak menikahi putrinya itu, ditentukan
dengan cara masing-masing putra ketiga Lord itu menunjukkan kekuatan dan
kehebatannya di hadapan sang Raja dan Ratu, serta Putri Merida.
Jangankan sudi memilih salah satu dari putra ketiga Lord itu, Merida
sejak awal sudah menolak menjalankan tradisi keluarga kerajaan itu.
Dengan maksud agar putra ketiga Lord itu gagal menikahinya, Merida
menantang mereka untuk mengikuti lomba memanah. Siapa yang paling tepat
memanah tepat di titik sasaran, dialah yang menang. Sialnya, tanpa
sengaja, Wee Dingwall,berhasil melesatkan anak panahnya tepat di titik
sasaran.
Merida yang marah itu langsung memberontak, meloncat berdiri, mengambil
busurnya dan melepaskan tiga anak panahnya berturut-turut tepat di dua
titik sasaran yang tadi gagal disasar oleh Young MacGuffin dan Young
Macintosh, dan satu lagi anak panahnya melesat dari busurnya tepat
mengena dan membela menjadi duabagian, dari ujung ke ujung, anak panah
Wee Dingwall, sampai menembus papannya.
Pecahlah pertengkaran hebat antara Ratu Elinor dengan Merida. Elinor
menganggap Merida telah kelewat batas dalam bersikap, sedangkan Merida
menuduh ibunya terlalu memaksa kehendak kepadanya. Di dalam Istana,
saking marahnya Merida sampai menebas pedangnya menyobek lukisan kain
keluarganya. Memisahkan gambar ibunya dengan gambarnya bersama ayah dan
tiga adik kembarnya. Kemudian, dengan menunggang kudanya, Angus, Merida
melarikan diri ke hutan.
Tanpa sengaja Merida dan Angus tersesat di sebuah tempat keramat yang
terdiri dari beberapa batu tinggi yang berdiri berderet membentuk sebuah
lingkaran, kemudian muncul roh-roh halus berukuran mini yang membawanya
ke sebuah gubuk, yang ternyata dihuni oleh seorang nenek sihir (Julie
Walters).
Merida kemudian meminta nenek sihir itu untuk memberikan mantera agar
bisa mengubah pendirian ibunya yang masih bersikeras menikahkannya
dengan cara tradisi leluhurnya itu. Mantra yang berbentuk kue tersebut
kemudian memang berhasil mengubah ibunya. Bukan pendiriannya, tetapi
fisiknya. Ratu Elinor berubah menjadi seekor beruang hitam yang sangat
besar. Sial, dan bahayanya adalah semua orang, termasuk Raja Fergus sama
sekali tidak tahu, dan tidak mau percaya bahwa beruang besar tersebut
adalah Ratu Elinor. Sedangkan semua orang, terutama Raja Fergus sangat
membenci beruang. Setiap beruang harus mati di tangannya.
Ketika Merida masih kecil, dia dan ibunya hendak diserang oleh seekor
beruang hitam besar bernama Mor’du. Raja Fergus melawan beruang itu demi
menyelamatkan Merida dan ibunya. Salah satu kakinya sampai putus karena
diserang Mor’du, dan diganti dengan sebuah kaki palsu yang terbuat dari
kayu. Sejak itulah kebencian Raja Fergus terhadap beruang semakin
hebat.
Merida harus berpacu dengan waktu agar bisa mengembalikan mantra si
nenek sihir agar ibunya bisa kembali menjelma menjadi manusia, sementara
itu juga ibunya yang masih berwujud beruang itu terus diburu oleh
ayahnya beserta semua orang untuk dibunuh. Apabila sampai matahari
terbit, Merida gagal mengembalikan mantera tersebut, maka ibunya akan
berubah menjadi beruang selama-lamanya. Bukan hanya wujudnya, tetapi
juga sisi kemanusiaannya akan hilang sama sekali. Menjadi beruang dengan
semua keganasannya. Tidak akan lagi mengenal Merida, atau siapapun
lagi.
Selain kualitas animasinya yang luar biasa, ceritanya yang apik, film
ini juga disisipi oleh banyak adegan kocak yang mengundang tawa.
Adegan-adegan tersebut jauh dari kesan dibuat-buat. Semuanya mengalir
wajar. Tokoh-tokoh dengan berbagai karakter juga tampil dengan porsi
yang seimbang. Jauh dari kesan sekadar tempelan.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/danielht/brave-ketika-sang-putri-melawan-tradisi_551194b3a333113c4fba7d3a
favoritkuuuuuu!!!
BalasHapus